Pengembangan Diri

Konsep Mengambil Keputusan: The Regret Minimization Framework (Jeff Bezos)

Konsep Mengambil Keputusan: The Regret Minimization Framework (Jeff Bezos)


Oleh Mohammad Affan Basyaib, B.Ed

Terkadang Kita harus membuat keputusan sulit dalam hidup. Mungkin kita harus memutuskan apakah kita harus berhenti dari pekerjaan dan memulai bisnis sendiri, mengakhiri sebuah hubungan atau hal besar lainnya. Keputusan besar seperti itu adalah keputusan yang harus kita buat sepenuhnya sendiri. Mendapatkan dukungan dari lingkungan kita adalah keuntungan yang besar, tetapi pada akhirnya, kita sendirian. Kitalah yang harus bergerak atau tidak.

Jeff Bezos (Pendiri Amazon) berada di posisi yang sama sebelum dia berhenti dari pekerjaannya dan mendirikan Amazon. Dia memiliki pekerjaan yang dibayar dengan baik, karir yang stabil, bos yang baik dan kehidupan yang seimbang. Tapi dia punya ide gila untuk menjual buku secara online dan memulai perusahaannya sendiri. Dia mendapat dukungan penuh dari istrinya dan orang-orang di sekitarnya berpikir bahwa dia memiliki ide bagus. Dia harus membuat keputusan.
Itu adalah keputusan yang sulit, jadi dia mencari teori dan rekomendasi tentang bagaimana membuat keputusan besar semacam itu. Karena dia tidak menemukan nasihat yang baik tentang topik tersebut, dia datang dengan kerangka kerja untuk membantunya membuat pilihan yang tepat. Dia memberinya nama: The Regret Minimization.

Ide di balik Kerangka Minimisasi Penyesalan sebagaimana yang dijelaskan oleh Jeff.

Jeff mengatakan: I knew that when I was 80 I was not going to regret having tried this. I was not going to regret trying to participate in this thing called the Internet that I thought was going to be a really big deal. I knew that if I failed I wouldn’t regret that, but I knew the one thing I might regret is not ever having tried.

(Saya tahu bahwa ketika saya berusia 80 tahun, saya tidak akan menyesal telah mencoba ini. Saya tidak akan menyesal mencoba berpartisipasi dalam hal yang disebut Internet ini yang saya pikir akan menjadi masalah yang sangat besar. Saya tahu bahwa jika saya gagal, saya tidak akan menyesalinya, tetapi saya tahu satu hal yang mungkin saya sesali adalah tidak pernah mencoba.)

Bagi Jeff, keputusannya menjadi sederhana. Dia tahu dia akan menyesalinya selama sisa hidupnya jika dia tidak berpartisipasi dalam salah satu revolusi terbesar yang pernah ada di dunia – revolusi informasi. Dia tahu dia akan menyesal pada usia 80, tidak berusaha mewujudkan idenya untuk menjual buku secara online. Dia tahu dia tidak akan menyesal gagal, tapi dia pasti akan menyesal ketika tidak mencoba. Ketika dia memikirkannya seperti itu, keputusannya menjadi mudah. Dia berhenti dari pekerjaannya di tengah tahun, dan bahkan meninggalkan bonus tahunan. Dia mendirikan Amazon dan membangun salah satu perusahaan yang paling sukses dalam sejarah.

Konsep dasar Teori ini adalah: Pada umur X di tahun XXXX, apakah saya menyesal jika tidak melakukan ini?
Atau Pada umur X di tahun XXXX, apakah saya menyesal jika melakukan/memilih keputusan ini?

Namun berhati-hatilah, jangan biarkan kisah-kisah yang cukup memotivasi seperti ini membodohi kita. Kita tidak ingin menggunakan Konsep ini sebagai alasan untuk melakukan sesuatu yang bodoh. Keputusan kecil setiap hari (apa yang kita makan setiap hari, bagaimana kita membelanjakan uang kita, dll.) dan keputusan besar yang penting (dengan siapa menikah, di mana Anda bekerja, dll.) adalah bagian integral yang bisa menyukseskan atau menghancurkan hidup kita sendiri. Jadi, buatlah daftar penyesalan potensial Anda, tetapi selalu pertimbangkan tingkat kompetensi Anda saat ini, waktu yang tepat, faktor lingkungan, dan kekuatan lainnya. Jangan mencari kondisi yang sempurna, tetapi tetaplah beradaptasi, memiliki strategi yang bagus, berdoa kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya.

Hal ini juga insya allah tidak bertentangan dengan syariat Islam, karena kita memikirkannya sebelum melakukannya, adapun yang dilarang adalah jika kita tertimpa sesuatu kemudian kita mengandai-andai seperti hadits nabi yang terkenal:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan janganlah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan ‘seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah ‘Qaddarullah wa maa sya’a fa’ala’. Karena perkataan ‘seandainya’ akan membuka pintu syaitan”. (HR. Muslim)

Ingat juga penjelasan Imam Ibnul Jauzi

“Rencana Allah yang telah ditentukan kepadamu adalah sebaik-baik rencana. Terkadang Allah Azza Wa Jalla menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu, maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu.”

Semoga bermanfaat.

Leave a Reply