Pembelajaran Online pada Anak Usia Dini: Sebuah Tantangan
Oleh: Mohammad Affan Basyaib, B.Ed, M.Ed
(PhD Student Higher Educational Management King Saud University)
Semalam saya membaca sebuah paper yang dikirim oleh salah satu dosen, paper penelitian itu berjudul: Learning and Teaching online during Covid 19 : Experiences of student teachers in an early childhood Education Practicum. oleh Jinyoung Kim , salah satu peneliti di The City of University of New York USA, School of Education.
Pendidikan untuk early childhood (pendidikan anak usia dini) secara online memang sangat tidak mudah, karena mereka bagusnya memang menggunakan aktivitas hands on. Jadi seharusnya pihak sekolah memberikan panduan dan pembekalan buat orang tua. Yakni semacam lebih ke mengajarkan pada orang tua cara efektif untuk mengajar anaknya. Ortunya juga dibekali pelatihan-pelatihan. Panduan dan printout untuk anak dikirim via ekspedisi atau soft file untuk yg di luar kota atau bahkan di luar negeri.
Sebenarnya hal ini itu enak, mengapa? karena sebenarnya kita jadinya mencetak guru-guru kecil di rumah. Hanya saja kendalanya sekarang adalah ada di kontrol dan pengawasan. Karena tipenya asynchronous learning, ditambah dengan kesibukan orang tua yg sangat berbeda-beda, jadi antar satu anak dengan anak yang lain capaian pembelajarannya juga akan berbeda-beda.
Karena kalau kita mau melihat beberapa sistem sekolah online untuk anak TK misalnya, yang gurunya mengajar online tiap pekan dengan zoom ini tidak terlalu efektif, mengapa? karena baru 5 menit saja anaknya sudah jungkir balik diatas sofa, atau sudah utak atik HPnya dan seterusnya, saya yakin para pembaca yang mempunyai anak TK mengalami hal ini.
Oleh karena itu, yang lebih efektif adalah peran orang tua dalam mengajar anak-anaknya sangat penting, pihak sekolah bisa memberikan panduan dan pembekalan untuk mereka, memang tidak mudah karena tiap orang tua mungkin mempunyai kesibukan, akan tetapi hal ini menjadi sebuah pembelajaran bahwa tanggung jawab pendidikan itu tidak hanya bisa diserahkan kepada sekolah terlebih selama masa pandemi ini, peran ortu sangat diharapkan, maka dari itu pihak sekolah cukup untuk online 2 atau 3 kali saja dalam 10 pekan masa aktif pembelajaran, bukan untuk mengajar, namun untuk memberi wadah buat anak supaya bisa saling sapa dengan teman-temannya, dan sisa waktunya digunakan untuk mengajarkan ibunya cara mengajar anaknya di rumah dan stand by jika ada yang bertanya atau konsultasi.
Mengajar online ke anak usia dini memang gak semudah mengajar online untuk orang dewasa, karena pada usia tersebut, anak lebih membutuhkan aktivitas hands on, fokus anak juga sangat terbatas dari sisi waktu.
Semoga bermanfaat.