THE INFINITE GAME
THE INFINITE GAME
Mohammad Affan Basyaib, B.Ed, M.Ed | @affanbsy
(Educational Management, King Saud University)
Banyak pakar yang menggunakan pendekatan Game Theory untuk menggambarkan kehidupan. Hal ini sangat relevan karena hidup, dalam banyak aspek, menyerupai sebuah permainan. Allah pun menegaskan bahwa kehidupan dunia ini adalah “permainan dan senda gurau,” sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
Artinya: “Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau.” (QS. Al-An’am: 32)
Dalam permainan kehidupan ini, setiap orang memiliki tujuan yang berbeda—beberapa mungkin selaras, beberapa mungkin bertentangan—dan terdapat upaya untuk saling berkompetisi dalam mencapai tujuan tersebut.
Permainan kehidupan terbagi menjadi dua kategori besar: finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas). Di sinilah kita sering salah kaprah dalam merespons tantangan, karena pola pikir kita tidak tepat. Kita sering terjebak dengan menggunakan paradigma yang salah untuk situasi tertentu.
Permainan Terbatas (Finite Game)
Permainan terbatas memiliki ciri-ciri yang jelas: kita tahu siapa lawan kita, ada aturan-aturan yang disepakati, dan durasi permainannya terdefinisi dengan baik. Banyak aspek dalam hidup kita yang masuk ke dalam kategori ini, seperti pertandingan olahraga, ujian kuliah, atau proyek kerja. Dalam finite game, indikator keberhasilan adalah pencapaian target yang telah ditetapkan, misalnya lulus kuliah dengan nilai yang baik atau memenangkan pertandingan sepak bola.
Namun, masalah muncul ketika kita menghadapi situasi finite game dengan pola pikir infinite game. Misalnya, jika kita berpikir bahwa tidak perlu lulus kuliah karena selalu bisa belajar lagi, maka kita tidak akan pernah mencapai kelulusan, karena kita terus mengulur-ulur waktu tanpa memenuhi kriteria yang diperlukan.
Permainan Tak Terbatas (Infinite Game)
Sebaliknya, sebagian besar kejadian dalam hidup sebenarnya merupakan infinite game. Sayangnya, banyak orang yang menggunakan pola pikir finite untuk situasi yang seharusnya dipahami sebagai infinite. Mereka hanya fokus pada bagaimana cara menang atau mengalahkan lawan, padahal tujuan dari infinite game bukanlah untuk menang atau kalah.
Dalam infinite game, satu-satunya kriteria adalah: “Mampukah kita terus bermain?” Stay in the game—itulah intinya. Contoh sederhana dari infinite game adalah pernikahan. Dalam pernikahan, tidak ada konsep menang atau kalah. Rumah tangga tidak memiliki batasan waktu, sehingga ketika kita menghadapi masalah rumah tangga dengan pola pikir finite, kita hanya akan memperparah konflik, bukan menyelesaikannya.
Menjadi Bagian dari Permainan yang Berkelanjutan
Indikator keberhasilan dalam pernikahan bukanlah siapa yang menang atau siapa yang kalah, melainkan bagaimana kita bisa menerima pasangan kita, bagaimana kita bisa mengelola situasi yang tidak menyenangkan, dan bagaimana kita bisa menghadapi kenyataan yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi kita.
Dalam bukunya The Infinite Game, Simon Sinek menjelaskan bahwa perusahaan yang sukses bukanlah perusahaan yang fokus pada bagaimana mengalahkan kompetitornya, tetapi perusahaan yang memiliki keunikan dan kemampuan untuk menarik konsumen dengan cara yang lebih otentik. Prinsip ini juga berlaku dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, dan karir.
Kita perlu mengadopsi pola pikir infinite game dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak terbatas oleh waktu seperti karir, dakwah, kontribusi sosial, dan pendidikan. Dalam bidang dakwah, misalnya, kita tidak bisa berpikir dengan pola pikir finite—bahwa ada garis akhir yang jelas—karena dakwah adalah sebuah perjalanan yang tak pernah berakhir. Keberhasilan dalam dakwah tidak diukur dari siapa yang menang atau kalah, melainkan dari sejauh mana kita bisa terus berkontribusi, menghasilkan karya, dan memberikan manfaat bagi umat.
Pada akhirnya, kunci dari infinite game adalah konsistensi dan keberlanjutan. Bisakah kita terus berada dalam permainan ini? Bisakah kita terus berkontribusi, terus berkembang, dan terus memberikan yang terbaik bagi diri kita dan orang lain?
Semoga kita semua bisa menjalani kehidupan ini dengan pola pikir infinite, selalu berupaya untuk tetap berkontribusi dan berkembang tanpa merasa terbebani oleh keinginan untuk “menang” dalam setiap situasi. Hidup adalah sebuah perjalanan menuju pencapaian tujuan akhir yang jelas. Dalam perjalanan ini, kita terus tumbuh, belajar, dan berkembang
Bahan Bacaan:
- The Infinite Game – Simon Sinek
- Materi Bang Arief Munandar tentang Game Theory
- The Art of Strategy: A Game Theorist’s Guide to Success in Business and Life – Avinash Dixit
- Theory of Games and Economic Behavior – John von Neumann and Oskar Morgenstern