Tadabbur Al-Quran

Apakah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menafsirkan Semua Al-Quran?

Apakah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menafsirkan Semua Al-Quran?

Mohammad Affan Basyaib, B.Ed | www.affanbsy.com | @affanbsy

(Quranic Studies King Saud University)

Sering kita mungkin bertanya-tanya apakah nabi kita Muhammad Shalllallahu Alaihi Wa Sallam menafsirkan Al-Quran semua atau tidak?

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang masalah ini, dan yang benar dalam hal ini sebagaimana penjelasan guru-guru kami adalah

  1. Jika yang dimaksud bahwa penjelasan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam secara khusus dari lafadz-lafadz alquran maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam tidak menjelaskan semuanya, akan tetapi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan yang menjadi kebutuhan para sahabat saat itu. Karena tidak semua lafadz didalam alquran butuh untuk dijelaskan satu persatu karena sebagian besarnya sudah jelas dan mudah untuk dipahami.
  2. Jika yang dimaksud adalah penjelasan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam secara umum terkait Maqasid dan hukum-hukum yang didalamnya terdapat perintah dan larangan maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan semuanya kepada para sahabat.

Penjelasan diatas kami ambil dari penjelasan Syaikhuna Dr. Shalih bin Abdillah Al-Ushoimi saat menjelaskan syarh muqoddimah fi ushul attafsir.

Selain itu  Asyyaikh Dr. Muhammad Husain Adz-Dzahabi dalam kitabnya At-Tafsir wal Mufassirun  memberikan kesimpulan setelah beliau memaparkan pendapat-pendapat para ulama berdasarkan dalil-dalil dan mendiskusikannya,

“Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menafsirkan banyak ayat dalam Al-Quran sebagaimana yang kita jumpai dalam hadis-hadis tentang tafsir ayat.  Tetapi, yang perlu kita ketahui bersama adalah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak menjelaskan semua ayat Al-Quran. Sebab dari ayat-ayat Al-Quran, ada yang maknanya hanya Allah Ta’ala yang tahu, seperti ayat-ayat mutasyabihat. ”

Oleh karena itu, Al-Quran berdasarkan pemahaman yang diajak berbicara maka terbagi menjadi dua jenis:

  1. Al-Quran dipahami karena bahasanya yang menggunakan Bahasa Arab. Dari poin ini kita bisa mengetahui bahwa dahulu para sahabat nabi adalah orang arab yang fasih dalam berbahasa arab sehingga mereka memahami sebagian besar dari lafadz alquran dan tidak membutuhkan penjelasan tambahan.
  2.  Terdapat sebagian lafadz dalam Al-Quran yang tidak bisa dipahami hanya dengan menggunakan Bahasa Arab saja. Dalam poin yang kedua ini , kita bisa memahami bahwa ada didalam ayat-ayat Al-Quran yang tidak bisa dipahami dengan bahasa saja untuk memahami apa yang diinginkan oleh Allah maka disinilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan penjelasan agar tidak keliru dalam memahaminya. Di poin ini kita bisa membagi menjadi 2 jenis apa saja ayat-ayat dalam Al-Quran yang tidak hanya bisa dipahami dari bahasanya saja.
  • Ayat-ayat yang kita diperintahkan untuk beramal dalam kewajiban syariat , seperti yang berkaitan dengan halal dan haram, atau berkaitan dengan ibadah khusus seperti shalat dan zakat.
  • Ayat-ayat yang tidak bisa dipahami maknanya namun tidak ada perintah untuk beramal dalam kewajiban syariat, seperti dalam permasalahan-permasalahan ghaib yang berkaitan dengan sifat surga dan neraka, sifat Ash-Shirot dan Mizan (timbangan) atau beberapa kejadian yang terjadi di masa depan atau yang belum terjadi.

(Disimpulkan dari penjelasan Fadhilatusy Syaikh Dr. Nasir Al-Majid rahimahullah dalam materi kuliah Tarikh At-Tafsir)

Lantas yang menjadi pertanyaan juga adalah mengapa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menafsirkan Al-Quran secara keseluruhan lafadz per lafadznya?

Saya menanyakan hal ini secara pribadi kepada guru saya, Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrahman Asy-Syihri (Direktur Markaz Tafsir dan Guru Besar Ilmu Tafsir Al-Quran King Saud University). Beliau menjawab bahwa hal ini terjadi dikarenakan beberapa sebab berikut:

  1. Tidak adanya kebutuhan dari para sahabat nabi terhadap hal ini, karena bahasa mereka yang sudah fasih  dan mereka melihat secara langsung turunnya Al-Quran dan mengetahui sebab-sebab turunnya ayat tersebut serta jelasnya makna-makna dari sebuah ayat.
  2.  Agar orang-orang mukminin dan para ulama secara khusus mendapatkan porsi untuk mentadabburi alquran dan berijtihad dalam sebuah masalah dari hukum-hukum Al-Quran.
  3. Dengan adanya hal ini, maka akan terlihat secara jelas perbedaan antara para ulama dan tingkatan-tingkatan mereka dalam memahami sebuah ayat didalam Al-Quran.
  4. Sebagai bentuk ujian sampai sejauh manakah seorang mukmin yang benar-benar beriman tersebut mengikuti wahyu dari Allah Azza Wa Jalla.

Guru kami yang lainnya (Asy-Syaikh Prof. Dr. Musaid bin Sulaiman At-Tayyar) menambahkan beberapa sebab diantaranya:

  1. Bahwa di zaman Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam belum ada orang-orang ‘Ajam sehingga di zaman tersebut mereka adalah orang-orang yang berbahasa dengan bahasa arab yang fasih
  2. Diantara lafadz-lafadz Al-Quran tersebut memang jelas dan tidak butuh penafsiran tambahan, namun jika para sahabat menemukan adanya masalah dalam pemahaman mereka, maka mereka akan langsung bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
  3. Yang dimaksudkan disini adalah Tafsir secara istilah khusus yaitu penjelasan lafadz alquran kata per katanya, maka ini tidak dibutuhkan karena sebagian besarnya telah menjadi jelas kecuali jika para sahabat bertanya maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam menjawabnya.

Demikian penjelasan ringkas yang dapat saya sampaikan tentang permasalahan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam menafsirkan Al-Quran atau tidak. Semoga dapat menambah pemahaman kita tentang ilmu tafsir Al-Quran yang sangat mulia ini.

 

Riyadh, 23 Syawwal 1441-15 Juni 2020

 

Leave a Reply