Sebuah Renungan tentang Karantina di Masa Pandemi Covid-19
Sebuah Renungan tentang Karantina di Masa Pandemi Covid-19
Mohammad Affan Basyaib, B.Ed @affanbsy | www.affanbsy.com
(Quranic Studies King Saud University)
Bismillahirrahmanirrahim
Akhir-akhir ini kita berada di suasana yang berbeda, yang tak sama dengan masa-masa sebelumnya, suasana pandemi yang menyebabkan pemerintah di berbagai negara mengambil tindakan untuk mengkarantina suatu wilayah. Karantina Wilayah baik yang terjadi padaku di saudi arabia atau yang terjadi di negaraku Indonesia walaupun dengan istilah dan model yang sedikit berbeda ini membuatku terhenti saat aku membaca sebuah ayat di dalam Al-Quran.
Allah berfirman dalam surat attaubah ayat 118
وَعَلَى ٱلثَّلَٰثَةِ ٱلَّذِينَ خُلِّفُوا۟ حَتَّىٰٓ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنفُسُهُمْ وَظَنُّوٓا۟ أَن لَّا مَلْجَأَ مِنَ ٱللَّهِ إِلَّآ إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
artinya : “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Ayat di atas ini memang secara sebab turunnya menceritakan tentang kisah taubatnya 3 sahabat nabi yaitu Kaab bin Malik, Murarah bin Rabi dan Hilal bin Umayyah, namun mari kita tadabburi dan renungkan ayat diatas ini dengan kondisi yang terjadi pada kita saat ini.
Karantina wilayah dimana kita benar-benar tidak leluasa untuk pergi kemana-mana yang terjadi pertama kali dalam kehidupanku ini membawa kita untuk merenungi ayat diatas. Lihatlah saat Allah berfirman,
“حَتَّىٰٓ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ”
artinya “hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas“.
Bukankah hal ini yang kita alami sekarang ini? Bumi ini luas namun kita tidak bisa pergi kemana-mana, semua negara menutup akses masuk, tidak ada penerbangan, bahkan yang didalam negeri pun dibatasi geraknya tidak bisa kemana-mana, kita diminta untuk stay at home, kita diminta untuk tetap di rumah saja. Maka hal ini membuat seakan-akan bumi telah menjadi sempit bagi kita karena aktivitas kita dibatasi.
Lantas cobalah untuk membaca potongan ayat selanjutnya,
“وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنفُسُهُمْ”
artinya “dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka”
Bukankah hal ini juga yang kita rasakan saat ini? jiwa kita pun terasa sempit, terasa takut untuk melakukan sesuatu, kita harus benar-benar mengikuti arahan dari pemerintah dan petugas kesehatan untuk selalu menjaga kebersihan dengan menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan yang lain. Kita pun menjadi merasa was-was, khawatir penyakit tersebut akan tertimpa kita, terlebih ada sebagian orang yang tertimpa penyakit namun tanpa gejala membuat rasa khawatir kita semakin menjadi-jadi.
Kemudian cobalah kita membaca potongan ayat yang terakhir ini
” وَظَنُّوٓا۟ أَن لَّا مَلْجَأَ مِنَ ٱللَّهِ إِلَّآ إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوٓا۟”
artinya “serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya”
Inilah obatnya. Ya, inilah jalan keluar dari semua permasalahan ini. Allah menginginkan kita untuk kembali kepadaNya, kembali bertaubat, kembali bersujud kepadaNya. Kembali benar-benar beribadah kepadaNya, karena tak ada jalan lain untuk keluar dari pandemi ini kecuali dengan bertaubat dan kembali kepada Allah. Allah menginginkan kita untuk kembali berintrospeksi terhadap apa yang telah kita lakukan selama ini, apakah kita sudah benar-benar melaksanakan kewajiban yang Allah perintahkan kepada kita? ataukah kita cenderung lalai dan membangkang? maka inilah sebuah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk merenungkan kembali sehingga kita benar-benar mengakui akan kelalaian kita atas hak Allah.
Salah seorang ulama pernah mengatakan
لا يُبتَلى الإنسان دوماً ليُعذَّب
وإنَّما قد يُبتَلى ليُهذَّب !
Seseorang itu tidaklah hanya diuji dan diberi cobaan untuk disiksa dan diadzab
namun seseorang bisa saja diuji dan diberi cobaan dalam rangka untuk dibersihkan dan dididik dari hal-hal yang keliru
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Hendaklah kita tetap bersabar, bersabar dalam mematuhi himbauan dan arahan dari pemerintah kita untuk selalu mengikuti protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus ini dan bersabar untuk tetap dirumah hingga pandemi ini berakhir.
Bukankah Allah berfirman tentang pahala yang besar bagi orang yang bersabar ini?
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10).
semoga Allah segera mengangkat wabah ini dan menjaga kita semua.
Riyadh, 30 Ramadhan 1441
IG dan Twitter: @affanbsy