Haruskah Kita Berhemat Berlebihan?
Haruskah Kita Berhemat Berlebihan?
Mohammad Affan Basyaib, B.Ed
Menjalani hidup dengan cara berhemat adalah salah satu metode yang diajarkan oleh agama kita. Islam mengajarkan agar kita tidak boros dimana itulah yang dimaksud dengan berhemat.
Namun, Islam adalah agama pertengahan, kita juga diajarkan untuk tidak bakhil. Tidak pelit. Islam mengajarkan kepada kita untuk murah tangan dalam berbagi kepada sesama.
Dari sinilah hendaknya kita proporsional dalam mengatur harta kita, hendaknya kita pandai-pandai dalam memanajemen keuangan kita.
***
Manusia sebagai makhluk sosial tentu akan berinteraksi dengan sesama, baik itu dalam lingkup keluarga maupun bermasyarakat secara umum. Jika kita tidak tinggal bersama keluarga, maka kita akan tetap berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekitar kita. Karena itu tidak mungkin kita hidup sendirian di dunia ini.
Contohnya ketika anda adalah mahasiswa perantau yang sedang menuntut ilmu di sebuah kota, maka biasanya akan tinggal di kos-kosan atau kontrakan bersama teman-teman, maka disini terjadilah interaksi antar teman yang kontrak bersama atau tinggal di kos-kosan. Jarang kita bisa hidup individual, karena terkadang kita harus saling berkomunikasi dan membantu antar sesama.
***
Lantas apa kaitannya dengan materi yang saya tulis? Maksudnya adalah dalam berkehidupan sosial ini dan keterkaitannya dengan manajemen finansial, maka kita bisa bagi menjadi dua hal secara umum;
- Hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaran pribadi. Dalam urusan pribadi ini, maka bukanlah yang menjadi pembahasan kita pada artikel ini, karena untuk hal-hal yang sifatnya pribadi maka hal tersebut akan kembali kepada pribadi tersebut. Sepantasnya memang usahakanlah untuk menahan dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting sehingga kita bisa mengontrol finansial kita dengan baik. Seperti contohnya jika anda ingin menekan pengeluaran dalam sebulan, maka anda bisa memangkas pengeluaran yang sifatnya tidak penting misal membeli kopi di cafe terkenal atau nongkrong di kafe setiap hari.
- Hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaran bersama. Inilah poin yang akan menjadi pembahasan kita. Bagaimanakah maksud dengan “pengeluaran bersama”? akan saya jelaskan di bawah ini.
Jadi, yang saya maksud dengan istilah “pengeluaran bersama” adalah semisal anda berada dalam satu komunitas atau organisasi dimana disana terjalin komunikasi dan sering mengadakan kegiatan bersama maka tentu disini terdapat hal-hal yang harus dikeluarkan secara finansial.
Dalam kegiatan berorganisasi maka sebagai seorang ketua misalnya, tentu kita tidak bisa bersikap “pelit” atau justru hemat berlebihan sehingga sikap pengorbanan itu hilang dari ruh sebagai seorang ketua atau leader. Sebagai ketua, maka anda akan menjadi orang pertama yang menunjukkan keteladanan untuk berkorban, misalnya jika ada suatu kegiatan, katakanlah rapat, maka seorang ketua akan mempersiapkan yang dibutuhkan jika anggaran belum ada, minimal dengan membeli snack dan minuman ringan untuk rapat bersama.
Adapun dalam hidup sebagai komunitas, seperti dalam komunitas mahasiswa Indonesia, maka hendaknya kita menunjukkan sikap suka memberi atau memuliakan tamu jika ada yang bertamu kepada kita. Misalnya, jika ada tamu kepada kita, maka kita menawarkan snack atau bahkan makan malam kepadanya sebagai bentuk memuliakan tamu, atau jika kita pergi ke luar misal ke kafe, maka kita lah yang membelikan dia konsumsinya, dan tentunya ini semua sesuai dengan kadar kemampuan kita, tidak berlebihan dan juga tidak terlalu menahan diri sehingga jatuh kepada sifat bakhil.
Contoh lainnya adalah semisal kita hidup bersama dalam kontrakan atau satu koridor asrama, biasanya kita akan mengajak untuk masak dan makan bersama, maka disni kita akan urunan setiap bulannya untuk belanja kebutuhan-kebutuhan makan bersama, maka tentu karena kita tidak sendiri, maka terkadang setiap orang berbeda-beda keinginannya, ada yang ingin porsi sedikit, ada yang ingin makan dengan lauk ayam terus, dan ada juga yang hanya ingin makan satu butir telur untuk bertiga. Disini kita harus bersepakat dengan teman-teman yang menjadi komunitas kita, jika kita telah bersepakat tentang apa yang akan dimakan dan hal-hal lainnya, sehingga sama-sama merasa nyaman. Bisa dengan menentukan budget yang jelas setiap bulannya atau dengan cara lainnya yang disepakati bersama.
Setelah kita memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaran bersama, maka sepatutnya kita tidak “egois” terhadap apa yang telah menjadi keputusan bersama, kita juga seharusnya lebih memahami kapankah harus mengeluarkan uang dan kapan harus berhemat. Tidak lucu juga jika sebagai seorang ketua hanya menuntut kepada anak buahnya untuk membelikan sesuatu tanpa pengorbanan yang dia lakukan. Tak pantas juga jika hidup dalam sebuah komunitas hanya mengharapkan yang lainnya membeli sedangkan dia sendiri tak pernah mengeluarkan uang padahal dia juga ikut menikmati hidangan tersebut. Misalnya, kita ke kafe untuk menonton bola bersama dengan teman-teman kita, maka tak layak jika hanya satu orang saja yang membeli konsumsinya.
***
Pembahasan ini merupakan salah satu yang menjadi kegelisahan saya saat berkuliah di Arab Saudi, di mana saya mendapati sebagian dari teman-teman yang sangat menahan diri untuk mengeluarkan sesuatu, atau dengan kata lain “sangat pelit”. Sementara itu, ketika dia berkumpul bersama teman-temannya hanya bisa menunggu seseorang untuk membelikan sesuatu dan membayarkannya kemudian dia ikut menikmatinya.
Bahkan ada juga yang seakan-akan tidak memiliki perasaan, seakan-akan hanya menginginkan sesuatu yang sifatnya “gratisan”, baik itu traktiran gratis, makan gratis, dan seterusnya. Ketika teman-temannya mengajaknya buka bersama, dia tidak pernah sama sekali mengajak teman-temannya yang lain untuk buka bersama. Kita bisa katakan hanya sekedar menunggu, menunggu yang gratis.
Karena itu hal ini bisa dikatakan mental yang tidak bagus- mental gratisan dan mental hanya ingin ditraktir-. Terlebih jika nantinya dia akan menjadi seorang da’i atau tokoh di masyarakatnya, mental hanya menunggu yang gratis tanpa berusaha untuk mengorbankan sesuatu ini tidaklah bagus. Bahkan yang lebih mengherankan lagi adalah ketika sebagian mereka mampu untuk membeli sesuatu yang nilainya jutaan rupiah seperti gadget laptop atau Handphone namun tidak bisa mengeluarkan untuk beli minuman bersama-sama saat nongkrong bareng. Aneh namun begitulah sikap sebagian orang yang saya temui.
Terakhir, hal ini akan menjadi sebuah introspeksi dan bahan muhasabah bagi saya pribadi dan para pembaca sekalian, agar kita bisa memposisikan dengan baik kapan kita harus mengeluarkan sesuatu dan kapan harus menahannya sehingga tidak terjatuh kepada sifat bakhil yang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengajarkan kepada kita untuk menjauhi sifat bakhil ini, sebagaimana dalam hadits
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ ، وَالْحَزَنِ ، وَالْعَجْزِ ، وَالْكَسَلِ ، وَالْبُخْلِ ، وَالْجُبْنِ ، وَفَضَحِ الدَّيْنِ ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah aku memohon perlindungan dari kegelisahan, kesedihan, dari ketidakmampuan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan pengecut, dari beban hutang dan penindasan oleh orang-orang”