Apakah Saya Harus Pulang Kampung Saat Pandemi ini? Sebuah Refleksi Pribadi
Apakah Saya Harus Pulang Kampung Saat Pandemi ini? Sebuah Refleksi Pribadi
Mohammad Affan Basyaib, B.Ed
(Quranic Studies King Saud University)
Saat artikel ini saya tulis, saya berstatus sebagai mahasiswa yang baru lulus dari program S1 bidang Pendidikan Ilmu Al-Quran di King Saud University yang terletak di Kota Riyadh, Arab Saudi, dan saya baru saja diterima di program S2 bidang Manajemen Pendidikan di kampus yang sama. Oleh karena itu bisa dipahami bahwa saya adalah perantau di negeri orang dalam rangka menyelesaikan tugas belajar.
Hari-hari ini kita sedang tertimpa musibah wabah yang telah ditetapkan statusnya oleh WHO sebagai pandemi global. Arab Saudi sendiri mengumumkan kasus pertamanya ini di awal bulan maret, demikian pula dengan tanah air kita Indonesia, sehingga sudah hampir 4 bulan lamanya wabah pandemi global ini menerjang kita sejak ditulisnya artikel ini di akhir bulan Juni tahun 2020.
Kasus covid-19 di Arab Saudi ini masih terus menanjak naik walaupun kasus sembuh hingga saat artikel ini ditulis juga sangat banyak. Namun tetap saja sekarang dunia telah berubah, kehidupan kita tidak lagi menjadi seperti dulu. Saat ini kita harus beradaptasi dengan kondisi baru, membiasakan kebiasaan-kebiasaan yang baru, seperti menggunakan masker, cuci tangan setiap saat dan menjaga jarak.
Melihat kondisi yang terjadi seperti ini, para mahasiswa Indonesia di Saudi khususnya di kampus saya pun ada yang berkeinginan untuk pulang kampung secepat mungkin dan ada yang sama sekali tidak berkeinginan untuk pulang saat pandemi ini masih berlangsung.
Lantas dimanakah posisi saya diantara mereka? apakah saya berkeinginan pulang atau tidak? Secara pribadi, saya memilih untuk tidak pulang karena ada alasan-alasan yang kuat bagi saya untuk tidak pulang saat ini. Namun saya juga menghormati pilihan sebagian mahasiswa Indonesia yang memilih untuk pulang. Dari hasil diskusi dengan beberapa teman-teman yang ingin segera pulang, saya dapatkan mereka memiliki alasan-alasan yang kuat juga seperti misalnya:
- Diantara mahasiswa ada yang memiliki anak dan istri yang ditinggal di tanah air, tentu hal ini menjadi pendorong mereka untuk segera pulang secepat mungkin karena tanggung jawab sebagai seorang suami, maka kapan pun ada kesempatan untuk pulang maka akan segera pulang.
- Diantara mahasiswa juga ada yang memiliki kewajiban-kewajiban dan kepentingan-kepentingan khusus yang rasanya susah untuk diwakilkan, seperti ada yang ayahnya sudah meninggal, sehingga di rumahnya tidak ada satupun orang laki-laki yang bisa menguruskan urusan-urusan administrasi misalnya perpanjangan STNK, atau hal-hal lainnya.
- Diantara mahasiswa ada yang juga masih menjalankan studinya di Indonesia dan dikejar deadline tugas seperti sidang desertasi sehingga harus segera pulang.
- Diantara mahasiswa ada yang memang diminta untuk pulang oleh orang tuanya, entah karena sebab apa.
Adapun saya pribadi dan teman-teman yang memiliki kondisi yang sama, maka saya menyarankan untuk tetap tinggal dan tidak pulang. Lantas pertanyaannya mengapa? apa yang mendasari saya bisa memiliki sikap seperti ini? baik, saya akan jelaskan apa saja faktor-faktor yang mendasari bisa bersikap seperti ini dalam poin-poin berikut ini
- Izin dan dukungan dari orang tua. Saya pribadi telah mendapatkan izin dari orang tua, setelah berdiskusi dan menjelaskan apa yang terjadi disini dan dampak yang terjadi bila saya pulang, dari penjelasan tersebut saya bisa meyakinkan kedua orang tua sehingga memberikan izin untuk tetap tinggal disini walillahil hamd.
- Nasihat dari Bapak Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh secara pribadi kepada saya. Perlu diketahui bahwa sejak januari kemarin membantu di Atdikbud sehingga saya dikenal secara pribadi oleh beliau. dan beliau menasihatkan kepada saya untuk tetap tinggal sampai pandemi ini dinyatakan berakhir dan kondisi kembali normal.
- Status masih single dan belum berkeluarga. Status bujang tentu berbeda dengan yang sudah berkeluarga. Mereka yang masih bujang belum ada amanah untuk membina keluarga baik itu menafkahi secara lahir maupun batin, dan ini tentu berbeda dengan yang sudah berkeluarga, pikiran mereka yang berkeluarga tidak akan pernah fokus. Mengapa? karena saat ini adalah jadwal mereka untuk pulang menemui keluarganya setelah sekian lama tidak berjumpa. Sedangkan saya yang masih bujang, ya tahu sendiri kan ,pulang atau tidak itu sama saja, tidur sendiri di kamar.
- Asrama yang nyaman dan aman dengan fasilitas yang lengkap seperti internet, mini market, kantin, lapangan olahraga, masjid. Asrama King Saud University bisa dikatakan sangat nyaman karena tiap kamar hanya diisi oleh satu orang, ditambah lagi dengan fasilitas internet yang cepat, kantin yang selalu siap 3x makan sehari, fasilitas dapur bagi yang mau masak, lapangan bagi yang ingin berolahraga, dan fasilitas-fasilitas lainnya, membuat saya merasa betah dan nyaman tinggal di asrama ini.
- Libur panjang dan berbagai aktivitas online untuk pengembangan diri. Sejak Januari saya telah lulus dari program S1 maka sampai saat ini sebenarnya adalah masa transisi karena proses pembelajaran S2 yang sepertinya baru dimulai semester depan, sedangkan teman-teman yang lainnya mendapatkan libur panjang sejak pertengahan Ramadhan. Hal ini membuat saya harus benar-benar memanfaatkan waktu yang sangat berharga ini dengan fasilitas dari kampus dan juga gadget yang lengkap (laptop dan tablet). Akan sangat merugi jika kita tidak menggunakannya dengan sebaik-baiknya, terlebih juga program-program secara daring sangatlah banyak baik itu pengembangan keilmuan yang saya minati maupun pengembangan diri berupa training skills yang harus saya kuasai. Liburan kali ini harus benar-benar bernilai walaupun di masa pandemi.
- Kesempatan untuk menyiapkan karya dan mengasah diri lebih baik. Bisa dikatakan mungkin waktu yang benar-benar luang saat ini sangatlah besar bagi saya pribadi dalam masa transisi dari program S1 menuju S2, maka di masa-masa seperti ini walaupun dalam kondisi pandemi, saya bisa mempersiapkan banyak hal untuk mencanangkan program-program yang bermanfaat bagi pengembangan diri saya dan masyarakat ke depan. Kita tahu bahwa masyarakat menunggu karya kita, kita tahu bahwa mereka menantikan kedatangan kita, maka di masa seperti ini, kita bisa mempersiapkan lebih baik lagi, baik itu misalnya dengan merapikan bacaan kita dan menuliskan faidah serta ringkasannya, atau melatih diri untuk menulis dan menyampaikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari.
- Pihak kampus tidak mewajibkan untuk pulang. Jika pihak kampus meminta semua mahasiswa untuk pulang, tentu tidak ada alasan lagi untuk tinggal disini, namun karena pihak kampus tidak mewajibkan pulang, maka ini adalah kembali bagi pilihan kita pribadi apakah akan tetap tinggal atau tidak.
- Teknologi yang semakin berkembang. Apa maksud dari alasan saya ini? mungkin teman-teman yang berkeinginan pulang seperti yang pernah disampaikan oleh kawan saya. “fan, pulang untuk berbakti kepada kedua orang tua”. Statement kawan saya ini seakan-akan melazimkan bahwa cara untuk berbakti kepada kedua orang tua ini adalah dengan bertemu secara tatap muka. Saya pribadi tidak menyalahkan secara mutlak, namun kita harus merincinya, kita berada dalam kondisi khusus dimana sekarang ada musibah pandemi dan dengan adanya teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk berbakti kepada kedua orang tua. Loh bagaimana caranya? ya dengan menelepon setiap hari, dengan nikmat internet yang cepat disini dan orang tua yang tinggal di kota, alhamdulillah tidak ada masalah dari sisi jaringan, sehingga bisa menelepon keduanya setiap hari tanpa henti biidznillah.
- Mengaca kepada teman-teman sesama mahasiswa di negara lainnya seperti Mesir dan Sudan yang tidak pulang setiap tahun. Kita ketahui bersama bahwa rekan-rekan mahasiswa di belahan dunia yang lain seperti Mesir dan Sudan itu tidak bisa untuk pulang setiap tahun, berbeda dengan mahasiswa di Arab Saudi, yang mendapatkan keistimewaan dan fasilitas gratis dari Pemerintah Arab Saudi untuk bisa pulang setiap tahunnya. Mengaca dari bagaimana perjuangan teman-teman mahasiswa di negara lain yang tidak pulang setiap tahun maka saya berusaha setidaknya ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
- Penerbangan Internasional umum yang tidak kunjung dibuka. Kali ini kita dihadapkan pada suatu kondisi dimana penerbangan Internasional tidak dibuka untuk umum, saat ini hanya dibuka untuk repatriasi , pesawat-pesawat ke Indonesia diatur jadwalnya antara Kedubes RI dengan pihak maskapai, bahkan sebagian teman-teman yang pulang harus membayar secara mandiri karena proses issued tiket yang tak kunjung sukses dari pihak kampus entah karena sebab apa. Pemerintah Arab Saudi hingga saat ini masih belum membuka penerbangan internasional untuk umum yang membuat saya semakin yakin untuk tinggal disini.
- Keputusan Pemerintah Arab Saudi yang melarang Ekspatriat untuk kembali sampai masa pandemi benar-benar berakhir. Kita semua menginginkan pandemi ini berakhir, kita semua selalu berdoa agar hal tersebut dikabulkan namun juga kita harus berpikir secara realistis dan jikalau saya pulang mungkin saya bisa kembali tahun depan atau entah kapan. Namun jika saya tetap disini, dan Arab Saudi sudah memasuki masa new normal , sangat dimungkinkan bahwa kegiatan belajar mengajar di perkuliahan akan dimulai kembali dan dengan status saya sebagai mahasiswa baru program S2 akan mudah untuk mengikuti prosesnya karena ada urusan administrasi yang harus diselesaikan.
Setidaknya beberapa faktor di atas adalah yang benar-benar mendasari keputusan untuk memilih dan tetap berada di Arab Saudi. Kita semua berharap agar pandemi ini segera berakhir dan kita bisa kembali beraktivitas seperti biasa, namun perlu diingat kita harus memiliki strategi dan langkah-langkah yang jelas serta mempertimbangkan dengan baik dalam setiap keputusan yang diambil.
Semoga penjelasan di atas mencerahkan kita semua dan bagi teman-teman yang memiliki kondisi yang sama atau hampir sama dengan saya bisa turut mempertimbangkannya.
Riyadh, 24 Juni 2020